PUSAT KESEHATAN TNI, ALAMAT MABES TNI GD. IGNATIUS ADI SUCIPTO,B-III LT. VI-VII CILANGKAP, JAKARTA TIMUR, email : puskestni@yahoo.co.id

Wednesday, March 19, 2014

PERAN TNI-AL DALAM PROGRAM PENGENTASAN PELAYANAN KESEHATAN TERPADU DI DAERAH TERPENCIL PERBATASAN KEPULAUAN (DTGK) DAN DAERAH BERMASALAH KESEHATAN (DBK) PROVINSI MALUKU TAHUN 2012-2013


Oleh :    
dr. Slamet Rahardja Sp.B
Mayor Laut (K) NRP 14581/P

DASAR : 
1.      Undang-Undang no.  34 / 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dimana dalam melaksanakan tugas pokoknya, dilakukan dengan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang.

2.      Nota Kesepakatan Bersama antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan    Kementerian Pertahanan Republik Indonesia Nomor : 276/Menkes/SKB/II/ 2010 dan Nomor : MoU.01/M/II/2010 tanggal 12 Februari 2010 tentang Kerjasama Dalam Bidang Kesehatan.



3.      Perjanjian Kerjasama antara Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut nomor : KS.02.SJ.IX,0412 dan nomor : PKS/5/V/2006 tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Pesisir, Pulau-pulau Kecil Terluar, Pulau di Perbatasan dan daerah Bencana.

4.      Surat dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku no. 440/2603/DINKES/XI/2012 dan no. 440/3036/DINKES/X/2013 tentang permohonan dukungan personil dokter dan perawat untuk kegiatan Sailing Medical Service dan Flying Medical Doctors di Provinsi Maluku.



PENDAHULUAN

            Undang-Undang Kesehatan no. 36 tahun 2009 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah investasi bagi pembangunan manusia yang produkif secara social dan ekonomis. Untuk itu, maka pembangunan di sektor kesehatan haruslah berazaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan terhadap hak dan kewajiban serta berkeadilan. Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

            Sailing Medical Service(SMS) dan Flying Medical Doctors (FMD) merupakan salah satu program unggulan dinas kesehatan provinsi  Maluku sebagai bentuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya di daerah-daerah kepualauan,  terpencil dan sulit terjangkau untuk mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan terpadu, serta daerah pulau-pulau terluar di perbatasan Negara Indonesia yang berada di wilayah provinsi Maluku. Program ini dilakukan sebagai langkah pro-aktif kegiatan pelayanan masyarakat di bidang kesehatan untuk menjemput kasus-kasus penyakit yang tidak tertangani bukan hanya karena keterbatasan sumber daya, namun juga akibat sulitnya transportasi penghubung menuju fasilitas kesehatan terdekat.

            Mengingat keterbatasan personil kesehatan yang mau dan siap untuk berpartisipasi dalam program pengabdian masyarakat ini, maka Dinas Kesehatan Provinsi Maluku mengundang jajaran kesehatan TNI-AL di lingkungan Lantamal IX Ambon untuk berpartisipasi aktif menyukseskan terselenggaranya kegiatan tersebut.

            Bagi jajaran kesehatan Lantamal IX Ambon sendiri, kegiatan ini merupakan bentuk implementasi menjalankan amanat Undang Undang no. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan Negara untuk menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah dan melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang, serta ikut serta aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Pertahanan Negara sendiri diartikan sebagai segala usaha untuk menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan melindungi keselamatan segenap bagsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara, disusun dengan memperhatikan geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan.

            Salah satu peran dalam melaksanakan tugas pokok TNI, di samping operasi militer untuk perang adalah  melakukan operasi militer non perang ( Military Operation Not War ). Bentuk operasi militer non perang ada bermacam-macam, antara lain mengamankan wilayah perbatasan, memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai sistempertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah, menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan.

Kerjasama saling bersinergi antara jajaran kesehatan Lantamal IX dengan Pemerintah Daerah provinsi Maluku, khususnya Dinas Kesehatan, ini bertujuan untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah pantai dan pesisir yang selama ini kurang mendapatkan perhatian di bidang pelayanan kesehatan.  Kegiatan ini merupakan aplikasi terhadap tugas TNI-AL antara lain melaksanakan tugas TNI matra lut di bidang pertahanan, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

Pola pemberdayaan wilayah dapat dilakukan salah satunya adalah dengan mengerakkan seluruh potensi maritim yang berada di daerah-daerah terpencil, daerah terbelakang bermasalah dan daerah perbatasan kepulauan di wilayah provinsi Maluku melalui pelayanan kesehatan, sehingga kehadiran Negara tampak  terasa bagi masyrakat.



BENTUK KEGIATAN
1.      Sailing Medical Service (SMS)

Merupakan bakti kesehatan dengan menggunakan fasilitas transportasi laut (dan darat) untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan terpadu.

Lokasi kegiatan berlangsung di Puskesmas atau bangunan yang tersedia seperti sekolah, kantor desa dan sebagainya.

Pelayanan yang bisa diberikan meliputi pelayanan dokter umum, dokter gigi, pelayanan spesialistik terbatas, kontrol KB, apotik serta operasi level sedang terbatas.


2.      Flying Medical Doctors (FMD)

Merupakan bakti kesehatan dengan menggunakan fasilitas transportasi udara (pesawat), agar masyarakat berkesempatan mendapatkan pelayanan spesialitik.

Kegiatan berlangsung di Rumah Sakit Umum Daerah setempat.

Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan spesialitik terutama Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Kebidanan dan Mata. Tindakan operasinya pun hingga operasi besar.



LINGKUP PELAYANAN KESEHATAN
1.      Pengobatan umum
2.      Pengobatan gigi
3.      Pelayanan dokter spesialitik : Bedah, Penyakit Dalam, Anak, Kebidanan, Mata
4.      Pelayanan operasi terbatas, seperti operasi hernia, bibir sumbing, katarak, angkat tumor ginekologis, angkat struma, dan lain-lain
5.      Penyuluhan kesehatan dan kesehatan lingkungan



RENTANG WAKTU TEMPAT KEGIATAN

Tahun 2012 :



1.      RSUD Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, tanggal 19-22 Oktober 2012

2.      Puskesmas Letwurung dan Puskesmas Tepa, Kabupaten Maluku Barat Daya, tanggal 8-12 November 2012

3.      Puskesmas Waplau, Kabupaten Buru, tanggal 16-19 November 2012

4.      Puskesmas Biloro, Kabupaten Buru Selatan, tanggal 19-23 November 2012

5.      RSUD Mangratti, Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, tanggal 23-25 November 2012




Tahun 2013 :
1.      Puskesmas Banggoi, Kabupaten Seram Bagian Timur, tanggal 31  Maret – 2 April 2013
2.      RSUD Tual, Kabupaten Maluku Tenggara, tanggal 27 - 30 Juni 2013
3.      RSUD Magretty Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, tanggal 12 – 15 Juli 2013
4.      RSUD Dobo, Kabupaten Kepualauan Aru, tanggal 31 Oktober – 4 November 2013.
5.      Puskesmas Marlasi, Kabupaten Kepulauan Aru, tanggal 31 Oktober - 4 November 2013
6.      RSUD Namrole, Kabupaten Buru Selatan, tanggal 5 – 9 November 2013
7.      Puskesmas Kilga, Kiandarat, Kabupaten Seram Bagian Timur, tanggal 16 – 19 November 2013
8.      Rumah Sakit Bergerak Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya, tanggal 24 November – 2 Desember 2013.
9.      Rumah Sakit Umum Banda, Kabupaten Maluku Tengah, tanggal 6 – 8 Desember 2013.



SUSUNAN PERSONIL

Jumlah personil yang terlibat dalam setiap kegiatan terbatas, disesuaikan dengan kebutuhan dan dinamika derajat kesehatan di masing-masing lokasi, sehingga untuk tim Flying Medical Doctors maksimal 10 orang dan 13 orang untuk Sailing Medical Service, sudah termasuk di dalamnya pendamping dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

Mengingat personil tim inti hanyalah terdiri dari 1 dokter bedah, 1 penata anestesi, 2 perawat mahir bedah, 2 perawat umum, maka dalam perjalanannya, agar cakupan pelayanan lebih luas, juga melibatkan unsur-unsur petugas kesehatan di lingkungan kota Ambon, yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, RSUD Halussy Ambon, RSUD Tulehu, RST Tk.II Ambon, RS GPM, RS Bakti Rahayu, RSAL Ambon dan Puskesmas-puskesmas di pulau Ambon.



PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahun 2012 :


1.      RSUD Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru 

Jumlah pasien :  51  orang  (pelayanan spesialistik bedah, interna, kebidanan, mata )

Jumlah operasi :  21  orang

Saat tim berada, sempat terjadi kerusuhan masyarakat, dimana terdapat 1 (satu) kasus perdarahan abdomen yang berhasil ditangani hingga pasien berhasil diselamatkan nyawannya meski dengan peralatan terbatas.


2.      Puskesmas Wetlurung dan Puskesmas Tepa, Kabupaten Maluku Barat Daya

Jumlah pasien  :   369  orang  ( pelayanan umum dan spesialis : bedah, interna )

Jumlah operasi :  18  orang

Pasien yang disarankan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lebih tinggi : 4 orang


3.      Puskesmas Waplau, Kabupaten Buru

Jumlah pasien  :   278  orang  ( pelayanan umum dan spesialis : bedah, interna )

Jumlah operasi :  15  orang

Pasien yang disarankan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lebih tinggi : 5 orang


4.      Puskesmas Biloro, Kabupaten Buru Selatan

Jumlah pasien   :  316 orang ( pelayanan umum dan spesialis : bedah, interna, mata )

Jumlah operasi :  31 orang

Pasien yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lebih tinggi : 8 orang


5.      RSUD Mangratti, Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Jumlah pasien :  89  orang  (pelayanan spesialistik bedah, interna, kebidanan )

Jumlah operasi :  14  orang

Pasien yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lebih tinggi :  7 orang



Tahun 2013 :
1.      Puskesmas Banggoi, Kabupaten Seram Bagian Timur

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan : kesehatan umum, pelayanan spesialis Bedah, Penyakit Dalam, Anak dan operasi bedah terbatas..

Jumlah pasien yang ditangani :  186 orang, terdiri dari

-          130 pasien Penyakit Dalam

-          47  pasien Anak

-          18 pasien bedah

Jumlah pasien bedah yang dioperasi 14 orang    ( Lokal anestesi : 2 orang, bius umum 12 orang)


2.      RSUD Tual, Kabupaten Maluku Tenggara

Jenis pelayanan kesehatan yang direncanakan : pelayanan spesialis Bedah dan Mata.


3.      RSUD Maggretty Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan : pelayanan spesialis Bedah, Penyakit Dalam, Anak, Kebidanan/Kandungan dan operasi terbatas.

Jumlah pasien yang ditangani :  69 orang, terdiri dari

-          34 pasien Penyakit Dalam

-          15  pasien Anak

-           4  pasien Kebidanan/kandungan

-          15 pasien bedah

Jumlah pasien bedah yang dioperasi 13 orang    ( Lokal anestesi : 4 orang, bius umum 9 orang)
4.      RSUD Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru 

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan hanyalah pelayanan spesialis Mata dan operasi mata terbatas.

Jumlah pasien :  58  orang 

Pasien yang dioperasi :  34  orang


5.      Puskesmas Marlasi, Kabupaten Kepulauan Aru

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan : pelayanan kesehatan umum, spesialis Bedah dan operasi bedah terbatas..

Jumlah pasien yang ditangani :  69 orang, terdiri dari

-          47 pasien umum

-          11  pasien Bedah

Jumlah pasien bedah yang dioperasi : 6 orang ( Lokal anestesi : 4 orang, bius umum : 2 orang)


6.      RSUD Namrole, Kabupaten Buru Selatan

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan : pelayanan kesehatan umum, spesialis Bedah, Penyakit Dalam dan operasi bedah terbatas.

Jumlah pasien yang ditangani :  148 orang, terdiri dari

-          127 pasien umum

-           21  pasien Bedah

Jumlah pasien bedah yang dioperasi : 18 orang ( Lokal anestesi : 9 orang, bius umum : 9 orang)


7.      Puskesmas Kilga, Kiandarat, Kabupaten Seram Bagian Timur

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan : pelayanan kesehatan umum, spesialis Bedah, Penyakit Dalam dan operasi bedah terbatas.

Jumlah pasien yang ditangani :  107 orang, terdiri dari

-          91 pasien umum

-          16  pasien Bedah

Jumlah pasien bedah yang dioperasi : 13 orang ( Lokal anestesi : 6 orang, bius umum : 7 orang)


8.      RS Bergerak Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan : pelayanan kesehatan umum, spesialis Bedah dan operasi bedah terbatas.

Jumlah pasien yang ditangani :  160 orang, terdiri dari

-          134  pasien umum

-            26  pasien Bedah

Jumlah pasien bedah yang dioperasi : 23 orang ( Lokal anestesi : 6 orang, bius umum : 17 orang)


9.      RSUD Banda, Kabupaten Maluku Tengah

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan : pelayanan kesehatan umum, pelayanan dokter gigi, spesialis Bedah, Penyakit Dalam dan operasi bedah terbatas.

Jumlah pasien yang ditangani :  205 orang, terdiri dari

-          144  pasien umum

-            40  pasien gigi

-            21  pasien bedah

Jumlah pasien bedah yang dioperasi : 17 orang ( Lokal anestesi : 11 orang, bius umum : 6 orang)



HAL-HAL YANG DITEMUKAN BERIKUT SARAN

Setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan kerjasama ini selama 2 (dua) tahun tersebut, terdapat beberapa informasi yang diperoleh sekaligus menjadi bahan pertimbangan dan masukan pimpinan TNI meliputi : 
1.      Program kegiatan Sailing Medical Service dan Flying Medical Doctors di Provinsi Maluku sangat efektif dan bermanfaat bagi masyarakat mengingat provinsi ini terdiri dari pulau-pulau dimana keterbatasan sarana transportasi (laut/udara) dan cuaca menjadi kendala untuk mencapai fasilitas kesehatan terdekat. Sehingga upaya mendekatkan diri secara pro-aktif fasilitas kesehatan berikut pengawaknya melalui program ini, perlu terus didukung agar tetap berjalan dan berkesinambungan.


2.      Salah satu kesulitan yang ditemukan dalam pelaksanaan program selama 2 tahun ini adalah masalah keterbatasan transportasi baik laut maupun udara. Keterbatasan ini diartikan sebagai sulitnya men-sinkron-kan antara rencana dengan situasi yang terjadi. Contohnya, waktu keberangkatan harus menyesuaikan dengan jadwal kapal PELNI, jadwal penerbangan atau cuaca. Padahal untuk memberangkatkan beberapa dokter dalam satu tim saja sudah merupakan kerepotan tersendiri karena menyangkut waktu praktek, ijin atasan dan sebagainya. Belum lagi barang dan logistik medis yang dibawa, seperti tabung oksigen, terkadang terhalang aturan penerbangan. Untuk mengantisipasi hal demikian, alangkah idealnya terlebih jika anggaran transportasi memadai, menggunakan fasilitas transportasi milik TNI baik kapal maupun pesawat. Hal demikian pernah tim lakukan saat pengobatan di Desa Biloro Kabupaten Buru Selatan, dimana saat kesulitan pergeseran personil dan logistik, tim SMS mendapatkan dukungan longboat dari Posal Buru.


3.      Melihat realisasi anggaran kegiatan dimana untuk kegiatan SMS berkisar Rp. 50-60 jt dan FMD berkisar 70-90 jt, maka bila dibandingkan dengan kegiatan sejenis (seperti operasi SBJ) dengan jumlah pasien yang kurang lebih medekati, kegiatan ini dapat dijadikan model alternatif yang lebih efisien.


4.      Keterbatasan petugas kesehatan membuat masyarakat kesulitan berobat. Banyak puskesmas yang tidak ada pengawaknya. Apalagi rumah sakit, seperti di Tiakur Kabupaten Maluku Barat Daya yang berbatasan dengan Timor Leste. Bahkan di pulau-palau terluar, terkadang masyarakat nekat berobat ke negara tetangga. Tentunya, kondisi demikian membuat kita prihatin. Seakan-akan tidak ada perhatian Negara terhadap masyarakat di daerah perbatasan. Padahal mereka juga adalah rakyat Indonesia yang mempunyai kesempatan dan hak yang sama dengan mereka yang berada di wilayah Indonesia lainnya. Keengganan dokter dan perawat di daerah-daerah tersebut juga bisa dipahami mengingat masih sulitnya sarana dan prasarana infrastruktur termasuk komunikasi. Dalam kondisi seperti inilah, diharapkan TNI mampu memainkan perannya sebagai aparat Negara bukan sekedar menjaga wilayah dengan menempatkan prajurit tempur semata, tetapi juga mengirimkan prajurit-prajuritnya yang berkualifikasi di bidang kesehatan baik mulai level dokter spesialis hingga perawat –dalam bentuk satgas kesehatan-untuk mengisi fasilitas-fasilitas kesehatan yang kosong di daerah-daerah perbatasan tersebut secara periodik.  





PENUTUP

            Sesuai dengan amanat Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, untuk meningkatkan hubungan kerja dan sinergitas usaha dengan pemerintah daerah baik dalam konteks tugas dan optimalisasi peran TNI, maka langkah kerja yang telah dilakukan oleh jajaran kesehatan Lantamal IX dengan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku perlu terus diapresiasi. Komunikasi dan koordinasi yang terjalin dapat ditingkatkan ke program dan karya-karya lainnya.

            Apa yang telah dikerjakan dalam kurun  waktu 2 tahun ini, belumlah memiliki arti dan manfaat yang besar bila tidak dilakukan secara berkesinambungan. Perlu konsistensi dan kerja keras agar pengentasan pelayanan kesehatan di provinsi kepulauan ini dapat terlaksana. Untuk itu, dukungan semua pihak khususnya terhadap masyakat Indonesia yang berada di daerah-daerah terpencil dan pulau terluar, sangatlah dibutuhkan. Partisipasi TNI dalam bentuk kegiatan yang lebih luas –termasuk pengiriman tenaga kesehatan ke fasilitas kesehatan perbatasan secara periodik- dapat menjadi alternatif solusi penanganan pengentasan pelayanan kesehatan. Bahkan upaya ini dapat meningkatkan kepercayaan rakyat kepada TNI, khususnya masyarat Maluku.

Januari, 2014


*Kabag Kesla Rumkital FX. Suhardjo Ambon